
Rembang – Kabar duka menyelimuti dunia seni tradisi Indonesia. Dalang kondang sekaligus maestro wayang kulit, Ki H. Anom Suroto, meninggal dunia pada Kamis pagi (23/10/2025) sekitar pukul 07.00 WIB di RS dr. Oen Solo.
Menurut laporan berbagai media nasional, almarhum wafat setelah mengalami serangan jantung. Sebelumnya, ia sempat menjalani perawatan intensif di ruang ICU rumah sakit tersebut.
Putra beliau, Jatmiko, mengenang pesan terakhir sang ayah sebelum berpulang.
“Kemarin masih sempat berkomunikasi, dan Bapak berpesan untuk bisa melanjutkan perjalanan Bapak, serta selalu rukun sama saudara, tidak boleh ada yang berkelahi,” tutur Jatmiko dengan mata berkaca-kaca.
Kepergian Ki Anom Suroto meninggalkan duka mendalam, tak hanya bagi keluarga, tapi juga bagi masyarakat luas, terutama para pecinta seni pedalangan. Sosoknya dikenal konsisten menjaga pakem wayang kulit serta nilai-nilai luhur budaya Jawa.
Salah satu pengagumnya, Kang Akhmad (Kang Ibe), pemilik usaha furnitur Inti Bhuwana Esa di Bali, turut menyampaikan rasa kehilangan yang mendalam.
“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Semoga beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Ki Anom Suroto adalah sosok panutan saya. Walau berbeda bidang seni, saya kagum pada konsistensi beliau dalam memperkenalkan wayang kulit ke masyarakat luas,” ujarnya.
Kang Ibe, yang berasal dari Rembang, mengenang masa kecilnya saat sering menonton pertunjukan Ki Anom Suroto.
“Suara beliau khas, iringan gamelannya hidup, dan gaya mayangnya luar biasa. Meski sekarang saya tinggal di Bali, karya beliau tetap membekas di hati,” tambahnya.
Dikenal luas sebagai dalang legendaris, Ki Anom Suroto telah mementaskan wayang kulit di berbagai daerah, bahkan hingga luar negeri. Melalui karya dan dedikasinya, ia berhasil memperkenalkan wayang sebagai warisan budaya bangsa yang adiluhung.
Kini, sang maestro telah berpulang. Namun suara khas, petuah bijak, dan pengabdian Ki Anom Suroto akan terus hidup dalam hati para penggemar seni tradisi di seluruh nusantara.
Selamat jalan, Ki Anom Suroto. Dedikasimu abadi dalam sejarah seni pedalangan Indonesia.

